Petualangan hari terakhir berlanjut. Sdh pada bangun jam 7 pagi, bermalas2an n santai sejenak di ranjang, sebelum mandi n makan pagi. Makan pagi di resto hotel, dengan menu nasi goreng, mie goreng, teh n kopi. Sayangnya tidak bawa kamera, krn lupa sdh kelaperan n langsung ke resto, wkwk. Menu hotel paling gak jelas yg pernah saya rasakan seumur hidup. Nasi goreng yg ngeletis (keras krn keliatannya nasi buatan kemarin, bkn krn barusan dimasak n kurang matang), dengan rasa kaldu bubuk n sedikit rasa
saos pedas. Lebih tepatnya tidak ada rasa apa2, tanpa rasa kecap, tanpa rasa bawang/brambang, yg ternyata mie gorengnya pun jg mempunyai rasa yg sama, hambar. Teh n kopi cukup manis, cm saya yakin kl sdh dituang di gelas, anda tidak dapat membedakan mana yg kopi n mana yg teh, krn mempunyai warna yg sama, coklat (kopi kok gak hitam ya???). Hanya kl sdh dibau baru bisa tercium, mana yg kopi n mana yg teh. Diluar menu makan pagi yg parah (parah, krn seperti saya bilang, belum pernah saya makan dimanapun, baik di losmen kuno, baik di warung makan kumuh, maupun hajatan kampung yg jelek sekalipun, ada rasa nasi goreng yg gak jelas seperti ini). Sedang fasilitas lainnya di hotel ini termasuk ok (bangunan bagus, kamar bersih, dapat fasilitas seperti layaknya hotel berbintang, mulai dari air minum, handuk n kelengkapan mandi. Untuk mengangkat rasa, saya balik ke kamar hotel, untuk mengambil kecap sachet, sambel trasi sachet n tentunya kerupuk (sisa rujakan di hari 1), yg bisa sedikit menambah rasa di nasgor ini.
Tepat pukul 9, kami keluar dari hotel orange. Tujuan pertama adalah mencari warung makan Gunung Mas, dengan menu andalan ekstrem kulinernya, sate landak. Mulanya saya kira lokasi warung ini keluar jauh dari tawangmangu (dekat dengan solo/karanganyar), ternyata tidak, lokasinya termasuk masih dekat dengan tawangmangu (tidak sampai 10 menit dr pasar tawangmangu). Ada di jalan tawangmangu - matesih km2 (kurang lebih 2km dr tawangmangu).
Untuk menuju tawangmangu, sebenarnya bisa melewati 2 jalan. Jalan utama yaitu solo-jl lawu-tawangmangu (jalannya lebih lebar n ramai) atau lewat jalan alternatif solo-matesih-tawangmangu (jalan lebih sepi). Nah, di jalan alternatif inilah terletak lokasi warung gunung mas. Saran, kalo mau ke warung ini, mending saat pulang dari tawangmangu saja. Berangkat tetap lewat jalur utama jl lawu, pas pulang dari tawangmangu baru lewat jalur matesih. Kalau dari tawangmangu, untuk menuju ke warung ini, adalah: ikuti saja jalan turun dr pasar wisata tawangmangu, seteleh bbrp ratus meter ada jalan belok ke kanan (rute utama, jl lawu), tapi kita ambil saja jalan yg lurus turun terus, itu sudah masuk ke jalan alternatif matesih. Nanti warungnya terletak di sebelah kiri, awas, jangan sampai terlewat, krn warung ini terletak di jalan turunan lurus, secara reflek kita ingin mengebut di jalan ini n penulis jg hampir kebablasan akan keberadaan warung ini. Mana ukuran depan warungnya termasuk kecil untuk ukuran warung terkenal.
|
Warung makan gunung mas (tengah pintu masuk, kanan dapur) |
Saat masuk ke warung ini, sedikit heran, krn warungnya kok kecil ya, cm ada 3 meja didalam. Lalu sang pemilik (lupa namanya, ato lebih tepatnya, tidak tahu karena memang tidak bertanya namanya, wkwk) mempersilahkan kami masuk ke dalam/belakang, setelah melewati kamar/kamar mandi, ternyata di bagian belakang sebelah kanan dari warung ini, ada banyak meja kursi tertata rapi, cukup kalo buat menampung 100 orang n lokasinya persis di sisi tebing, dengan kaca bening disekeliling ruangan, persis ruang kantor/kamar besar yg disulap jd ruang makan. Dan disisi kiri belakang dari warung ini, ada juga bale/saung dari bambu buat tempat lesehan n kami memilih untuk duduk disini (sebenarnya ini merupakan dak terbuka, cm diatasnya dibuat bbrp bale2 bambu). Dengan angin yg semilir n sejuk, serta pemandangan lepas bukit hijau di belakang kami, kami lesehan sambil memilih menu yg kami inginkan.
|
Menu makanan |
|
Menu minuman |
Silakan di pilih mana yg disuka, rata2 menu extrem. Cm sayangnya saat kami datang, yg ada hanya menu landak saja, krn menu lainnya biawak, kalong n tupai, cm musiman. Hanya ada kalau ada pemburu yg mengirim tangkapan hewan ini ke warung. Kalau landak, memang selalu ada, krn landak merupakan ternakan dari warung ini. Padahal dulu, landak merupakan hama, n pemilik warung ini iseng mengolah landak menjadi masakan, n karena landak sekarang makin sedikit n merupakan hewan yg dilindungi n dilarang untuk diburu, maka sekarang, landak yg dimasak adalah landak hasil ternakan dr warung ini sendiri. Mungkin bertepatan dengan libur panjang idul adha (banyak yg mutih/puasa), sehingga tidak ada pemburu yg mencari n menyetor biawak, kalong atau tupai ke warung ini, sehingga stok kosong. Warung masih sepi saat kami datang, hanya ada satu keluarga lain yg jg sedang makan. Krn masih kenyang habis makan pagi di hotel orange tadi (kami tiba di warung gunung mas, jam 9.30). Kami memesan berbagai menu yg berbeda (supaya dapat merasakan enak atau tidaknya masakan di warung ini), jadi kami memesan 1 porsi sate landak, 1 porsi tongseng landak n 1 porsi rica landak, 2 piring nasi putih (hanya sebagai pantes2 krn sebenarnya masih kenyang), segelas kopi buat babe n segelas ling tumes/sarang semut buat saya (yg lain gak mau minum, diet katanya, takut ama gula! wkwk). Mulanya saya pingin pesan kopi tongkat ali (tapi kosong) n wedang jintan (yg jg kosong), jadinya beli sarang semut saja deh. Rasa sarang semut, ternyata seperti liang teh saja (mungkin kata ling tumes, jg artinya liang teh ya?), gak ada yg spesial dengan minumannya.
|
Tongseng, rica n sate landak |
Lanjut ke makanan, pesanan datang tidak lama setelah kami pesan. Mungkin krn sdh siap semua, tinggal manasi, jd gak repot masak n pembeli jg tidak perlu menunggu lama buat langsung makan. Rasa dari makanan ini, khas rasa masakan jawa. Rasa manis entah dari kecap/gula jawa n rasa brambang n bawangnya terasa menggigit n mantap. Dengan porsi yg besar (sate 20rb, tp potongan dagingnya 2x lebih besar dari sate landak di cemoro kandang yg seharga 15rb, mungkin karena landak ternakan sendiri jd bisa murah), rasa n porsi yg ditawarkan, lebih murah dari harganya. Rasa tongseng n rica2nya jg gurih n mantap, puas sekali makan disini. Bukan hanya menjual nama besar, tp memang rasa masakananya yg nikmat n mantap. Ditambah dengan suguhan rajangan rawit merah yg menonjok, jd cukup membuat keringatan, buat penggemar lombok sekalipun.
|
Kami memilih duduk di bale2 outdoor yg terletak di sisi belakang warung, di bawah ada kebun salak, di belakang ada bukit yg hijau |
Setelah selesai makan, sang pemilik mengajak kami untuk melihat landak ternakan yg dimilikinya (sewaktu datang td, kami sudah diomongin akan diajak melihat landak tp sehabis makan saja, n ternyata itu ada alasannya!). Kami diajak sedikit turun ke kebun salak di samping warungnya, ada bbrp landak dalam kerangkeng, yang nantinya siap untuk diolah n dimasak.
|
Makan matengnya dulu, baru boleh liat mentahnya :P |
Sambil melihat landak, sang empunya menjelaskan, harus makan landaknya dulu, baru lihat mentahnya. Sebab kalo liat mentahnya dulu, baru makan. Dijamin banyak yg batal order menu landak ini, krn sudah badmood/"gilo" duluan mbayanginnya! wkwk. Landak merupakan hewan pemakan segala (sayur, buah), bahkan saat diberi salak pun, bisa mengupasnya dahulu sebelum dimakan.
|
Narsis sejenak di kebun salak |
Setelah puas makan n melihat2 area sekitar warung Gunung Mas, kami berpamitan dengan sang empunya, tuk melanjutkan perjalanan. Pukul 10.30 kami meninggalkan warung ini. Melanjutkan perjalanan ke kota solo, melalui jalur alternatif matesih.
|
Perjalanan tawangmangu solo visa matesih |
Pukul 11.30 siang kami sudah masuk ke kota Solo, mampir sejenak ke PGS (pusat grosir Solo), hanya sekedar melihat2 n berbelanja batik. Jam 12.30 kami langsung melanjutkan perjalanan menuju Semarang, lewat Boyolali n Salatiga. Kami tidak makan di Solo krn masih kenyang sehabis dari warung gunung mas tadi, kami berencana untuk makan di Salatiga saja. Sekitar jam 14.00 alias jam 2 siang, kami sdh masuk ke kota salatiga, n setelah dengar pendapat n melalui perdebatan yg cukup panjang n melelahkan, ceileeee :P, kami memutuskan untuk makan siang di bakso sari roso atau dikenal jg dengan bakso abc (letaknya di pertigaan abc, sesudah terminal tingkir, masuk ke arah jl jendral sudirman salatiga. Menyantap bakso seharga 7rb, dengan nasi n tahu bakso, sdh sangat mengenyangkan (saat2 ini, sdh tidak sempet photo, maunya cuma makan saja, wkwk).
Jam sudah menunjukkan pukul 2.30, saat kami selesai makan. Krn merasa hari masih belum terlalu sore, kami memutuskan untuk mampir sejenak di susteran/pertapaan Gedono. Jalan masuk melalui gang dekat/depan terminal tingkir, ikuti jalan saja sejauh 8km (jauh jg ternyata dr tepi jalan utama), anda akan menemukan tempat menyepi yg tenang, jauh dari dunia luar. Terletak di ujung sempalan jalan, melewati perkebunan/ladang penduduk n rumah penduduk terdekat letaknya bbrp ratus meter dari area ini. Tempat untuk suster2 katholik yg masih baru untuk menyepi dr dunia luar (bangunan dalam susteran), sedang bangunan disisi luarnya, bisa disewa oleh perorangan atau untuk tamu susteran (pastor) yg berkunjung.
|
gereja/kapel di Gedono |
|
Dalam chapel Gedono |
|
Wow, barangnya?!?! Berangkat n pulang, jok belakang n bagasi sama2 penuh, padahal just ber 4! @@ |
Perjalanan berlanjut, pukul 3.30 kami meninggalkan Gedono n pukul 5 sorean kami sampai di rumah. Selesai sudah petualangan kami kali ini. Tunggu petualangan n tulisan saya berikutnya :D
No comments:
Post a Comment